Biaya hidup yang semakin menjepit, mendorong Mardiono untuk bekerja. Walaupun dengan kondisi fisik kurang, tidak dijadikannya sebagai halangan mencari nafkah sebagai pengamen angklung
Kondisi kebutaan yang dialami sejak dari kecil oleh mardiono(54), tidak menyurutkan dirinya untuk bekerja. Pria yang seharinya berprofesi sebagai pengamen di sekitar Jl Malioboro tepatnya depan Hotel Mutiara. Permainan angklung yang mahir sekarang ini, ternyata tidak lepas dari peran kakak sepupunya seorang dalang kondang. “ sebelum sepupu saya meninggal, dia sempat mengajarkan saya cara bermain angklung hingga bisa semahir sekarang” jelas Mardioano. “Kemudian setelah beliau meninggal, saya membeli angklung menggunakan uang yang ditinggalkan sepupu saya itu. dengan harga Rp 150000 “ tambah Mardiono.
“Ya Cuma inilah yang bisa saya kerjakan dengan kondisi saya sekarang ini” jelas Mardiono. “ Walaupun begitu saya tetap tidak menyerah, yang penting saya bisa bekerja dan istri bisa makan” tambahnya lagi. Permainan angklung mardiono ternyata menarik perhatian dari para pengunjung Malioboro, terutama para turis asing yang sedang berjalan. “ Di Negara saya, tidak ada alat musik seperti ini yang dimainkan menghasilkan nada merdu “ kata Wallcot (56) turis asal Austri ini.
“ Rasanya saya tidak pengan pulang, ingin berlama – lama mendengar bapak ini bermain angklung” tambah Albert turis asal Jerman. Bicara soal pengalaman selama mengamen, Bapak yang belum memiliki anak ini mengatakan “ saya pernah diusir oleh petugas hotel, karena menurut mereka saya sudah mengganggu kenyamanan pengunjung hotel tersebut”. “ Padahal saya kan cuma berada di luar hotel, mungkin karena mereka lihat kalau saya ini buta makanya mereka memandang rendah saya” kata mardiono.
Pria yang bertempat tingga di minggiran ini waktu ditanya bagaimana dirinya datang setiap harinya kesini, Mardiono menjawab sambiltertawa “ pasti pada bertanya bagaiman orang buta bisa kesisni tiap hari tuk mengamen,haha…”.“saya kesini diantar sama tetangga menggunakan becak setiap jam 9 pagi, begitu juga pulangnya saya dijemput lagi” jelas mardiono.
Bila bicara soal penghasilan Mardiono mengatakan “ tidak ada pendapatan tetap bagi pengamen apalagi orang buta seperti saya, kadang cukup buat makan bahkan kadang tidak dapat sama sekali”jelasnya. “untung saja istri saya juga bekerja, jadi sedikit bisa meringankan biaya hidup kami” tambah mardiono. Beliau juga menambahkan “ saya pengen semua orang bisa seperti saya untuk rajin berusaha, jangan jadikan kondisi cacat alasan” setidaknya itu pesan Mardiono sembari menyudahi percakapannya.
INDRA PUJO PRASETIA
153070007
0 komentar:
Posting Komentar