Berita Utama


Awan panas dari gunung merapi yang  menyembur beberapa waktu lalu, meluluh lantakkan sebagian desa yang tidak terlalu jauh dari merapi. Keadaan ini     berbanding terbalik    sebelum  letusan  merapi terjadi, pepohonan hijau menghias sekitaran gunung, rumah-rumah menjadi pelengkap tentramnya saat itu. Tapi kini tidak tampak lagi suasana itu, semua hilang begitu saja dengan menyisakan penderitaan. Bagaimana menata kembali keadaan yang telah porak poranda? Apakah para korban selamat mampu melanjutkan hidup dengan harapan  yang tersisa?
“Kami mampu! Kami pasti bisa, dan kami tidak mau hanya berpangku tangan dengan cuma menunggu bantuan dari pemerintah. Kami sudah cukup kenyang dengan janji-janji yang dilemparkan kepada kami, dari janji negara akan mengganti ternak kami yang habis dan mati terkena awan panas dari letusan gunung merapi beberapa waktu lalu” tutur pria yang sering disapa Slamet, pemilik rumah yang kediamannya luluh lantak diterjang awan panas.
 “Tidak bisa saya pungkiri, bencana ini berpengaruh banyak untuk orang-orang yang memang punya kehidupan disekitar kawasan merapi ini. Kami yang sudah terbiasa bekerja keras setiap harinya, disini pula kami semua berkumpul bersama keluarga. Terlalu banyak peristiwa yang mungkin tidak bisa tergantikan, akan tetapi kini itu hilang beserta dengan luncuran awan panas dari merapi”, tegasnya.
Pria paruh baya ini menjelaskan, bahwa kehidupan  yang ada dipengungsian itu tidak mengenakkan sama sekali. Selain harus berdempet antara satu sama lain, kebosanan merupakan hal yang paling menjadi momok menakutkan bagi kebanyakan pengungsi. Bagaimana tidak, dengan kebosanan yang berlebihan dan tidak mampu mengontrol emosi akibat masih shock dengan kejadian merapi, bukan tidak mungkin mereka (pengungsi) akan mengalami depresi berat dan ujung-ujungnya ada yang terkena guncangan psikologis yang berat” tuturnya.
 Di tempat terpisah, Salah seorang pengakuan  pemilik kios souvenir di tempat wisata Tlogo Puteri, yang sedang membersihkan tempat berjualannya yang  kotor berat akibat sapuan debu vulkanik dari merapi Sunati (51tahun), ia mengatakan bahwa kemarin ia juga ikut mengungsi meninggalkan rumah serta kios soevenir yang ia miliki bersama suaminya.
“Saya itu mengungsi maraton, maksudnya pindah-pindah tempat pengungsian. Soalnya kemarin jarak aman merapi kan makin kesini bertambah, Cuma saya agak sedikit beruntung karena tidak mengalami kondisi separah pengungsi yang berada dibarak pengungsian. Dikarenakan saya langsung mengungsi ke Gunung Kidul tempat anak saya. Namun saya cukup sedih mendengar kabar dari  tetangga saya yang kebetulan dia mengungsi di barak, katanya dia tidak nyaman berada disana. Pokoknya keadaan disana itu sanagt menyedihkan, temen saya itu juga bilang kalau mengalami kebosanan yang besar” ungkap Sunati.
Untung saja status sudah turun, jadi saya dan suami langsung memtuskan untuk kembali kerumah. Mungkin ada beberapa barang yang masih bisa kami gunakan, sekalian saya juga pengen tau bagaimana  kondisi kios souvenir milik saya” tegas Sunati.
Para pemilik kios sudah banyak yang pulang untuk membersihkan kios milik mereka, mungkin mereka sudah tidak betah lama-lama hanya berdiam diri saja dirumah.
Bayangkan saja mereka lama tidak beraktivitas di pengungsian, tentu mereka ingin secepat mungkin untuk berbenah,. Cuma yang saya ingin kasih masukan kalau boleh, pembangunan jalan yang terputus akibat materil merapi yang terbawa sampai kesini. Dipercepat, kan ini juga untuk pariwisata kita juga, kalau akses jalan bagus, para pengunjung Tlogo Putri saya yakin akan seramai sewaktu belum merapi meletus”ungkap Tarjo salah satu pengunjung.
Menurut saya harusnya Pemda beserta dinas terkait jangan Cuma omong kosong doang, ayo secepatnya kita hidupkan kembali wisata kaliurang yang sempat terpuruk beberapa waktu terakhir. Karena memang sebagian besar pemasukan untuk daerah Sleman ya dari sektor pariwisata, dan Kaliurang merupakan daerah pariwisata yang menjanjikan” tegasnya. Sekilas cerita Kaliurang kini setelah meletusnya merapi dan juga tanggapan dari masyarakat Jogja di atas. Akankah orang yang berada dan berwewenang pada sektor ini akan tinggal diam dalam menangani masalah ini? Kita tunggu saja !!

Berita Pendukung
Sunati sedang membersihkan  kios  miliknya

Profil Pemilik Kios Souvenir
INI KATA HATI KAMI
Agak sedikit tua, dengan badan yang mulai lemah dan rambut yang sedikit beruban. Namun tetap selalu ada semangat yang tersirat, membuang jauh kepedihan yang ia alami dengan kerja keras membersihkan kios miliknya. Sungguh ia wanita perkasa itu, bagaimana kata hati wanita yang tak mau dipandang lemah ini.
Sunati ( 51tahun )   di usianya yang bisa dibilang mulai menua, ia menjelaskan bahwa kelemahan itu hanya membuat kita menjadi tidak bisa jadi apa-apa, apalagi berbuat sesuatu yang berbeda. Ketika dirinya sempat patah arang mengalami bencana letusan merapi Yogyakarta beberapa waktu lalu, karena dirinya tak punya pilihan lain selain mengembalikan kecerian didalam keluarganya. Setidaknya kios yang ia miliki tidak terlalu rusak berat, hanya agak sedikit kotor oleh tumpukan abu vulkanik yang terbawa sampai ke kawasan wisata Tlogo Putri
        Wanita yang berdomisili tidak jauh sekitar 300meter dari kawasan wisata Tlogo Putri ini mengaku bahwa dirinya dan suami hanya punya kios souvenir ini. Kiosnya ini bahkan hasil patungan anak-anaknya yang sudah menikah dan punya keluarga masing-masing tinggal tidak bersama Sunati lagi.
           Tiap harinya Sunati, datang ke kawasan Wisata Tlogo Putri untuk membersihkan kios miliknya, ia tidak ingin hanya berpangku tangan sambil goyang-goyang kaki alias bermalasan dirumah saja. “Malas tanpa aktivitas hanya membuat saya stres berat, saya sudah cukup tanpa kegiatan sewaktu mengungsi, dan hasilnya cukup membosankan tanpa melakukan apa-apa”ungkapnya.
Kali ini saya tidak ingin membuang kesempata, mumpung status merapi sudah diturunkan saya dan suami langsung kemari untuk mebrsihkan sedikit demi sediki kios milik kami” ujarnya.
Dirinya bersyukur, tidak sakit-sakitan, walaupun dia harus mengungsi dari merapi, namun dia berusaha agar dia dan suami tetap tegar walaupun cobaan telah ia terima. Dan ia pun berharap kepada semua pengungsi, agar supaya tidak berlama-lama larut dalm kesedihan berkepanjangan, itu hanya akan membuat sesuatu yang bermanfaat menjadi lama untuk dicapai.
Sunati, “saya ingin pemerintah dan Dinas terkait cepat tanggap mengatasi semua permasalahan terkait pasca bencana merapi. Jangan Cuma bisanya tutup mata dan tutup telinga, kami disini butuh kepastian jaminan bagaimna kehidupan pasca merapi bukannya serasa dioper kesana kesini. Dalam menangani masalah penanggulangan masalah pasca merapi. Seperti saya, yang saya tahu, bahwa  tiap warga negara berhak untuk mendapatkan penghidupan yang layak, jadi jangan Cuma bisa bikin janji yang diatas sana, saya saja tidak mau menyerah kepada masalah, harusnya yang berwenang juga melihat potensi wisata yang ada disini, kemudian bersama menghidupkan kembali pariwisata Yogyakarta pada umumnya”, katanya dengan semangat berkobar.
Saya juga merasa kasihan dengan teman-teman pengungsi yang senasip dengan saya, Jadi saya berharap, jangan sampai ada lagi korban atau pengungsi dipenampungan yang kemudian putus asa menyerah pada keadaan pasca merapi, karena saya tidak ingin ada orang lain yang terpuruk karena penderitaan seperti  ini . Tegasnya.

KATA MEREKA, TENTANG PASCA MERAPI
Berita Pendukung
Agita ( 29 tahun ) Ibu rumah tangga
Saya berharap pasca merapi, semua sektor yang sempat lumpuh total karena letusan dan semburan awan panas kemarin bisa secepatnya bangkit. Apalagi yang kita tahu daerah kaliurang dan sekitarnya merupakan kawasan wisata, dan sebagian dari penduduk disini memiliki mata pencaharian yang berkaitan dengan pariwisata. Kalau Pemerintah dan instansi terkait tidak secepat mungkin melakukan pembenahan pasca merapi, kemungkinan perkembangannya akan mandek dan tidak sedikitpun akan maju.
Saridi ( 53 tahun ) pengunjung tempat wisata Tlogo Putri, kaliurang
Waduh. . . .ternyata separah ini toh akibat letusan kemarin. Saya kesini membawa serta keluarga untuk melihat situasi tempat-tempat wisata yang ada disekitar kaliurang ini. Dan alangkah terkejutnya saya melihat kondisi jalanan yang terputus akibat terpaan material dari gunung merapi yang terbawa kesini. Saya harap bisa secepatnya kondisi ini kembali baik lagi, karena sayang sekali banyak lokasi pariwisata yang ada di kaliurang ini punya potensi ekonomi yang baik. Namun akibat letusan kemarin porak peranda, supaya bisa kembali lagi menjadi salah satu tujuan pengunjung untuk berlibur.
Wadya ( 22 tahun ) Mahasiswi UII Yogyakarta
            Saya mah ga punya harapan yang banyak-banyak, cukup aja semoga merapi kembali tenang dan tidak bereaksi lagi. Supaya saya bisa kuliah lagi dan ngumpul sama teman-teman di kampus. Apalagi kemarin kampus saya masuk dalam zona bahaya merapi, bikin shock berat. Mana saya harus ampe ngungsi kerumah teman yang di Yogya kota.
Mandra ( 20 tahun ) Mahasiwa UPN Yogyakarta
Yogya yang sempat kemarin sepi dan bisa dibilang kaliurang lumpuh total, gara-gara letusan merapi kemarin. Kan sebagian besar mahasiswa yang menuntut ilmu disini bukan berasal dari Yogyakarta asli, mereka pas kejadian merapi kemarin banyak yang pulang kerumah masing. Alasannya orang tua mereka khawatir dengan keselamatan mereka jika berada di Yogyakarta, tapi sekarang yang penting semuanya perlahan kembali mendekati normal. Ayo kita ramaikan Yogya lagi, hehehehehe. . . . .
Tutut ( 17 tahun ) warga Jl. Kaliurang
Apa ya?????klo ditanya kesan-kesan serta harapan terkait merapi meletus dan pasca setelah itu, ya aku ngerasa takut aja pas daerah rumah ku masuk dalam zona bahaya. Aku ikut ngungsi ketempat nenek di Solo, harapan aku pasca merapi, semoga ga ada lagi yang namanya meletus lagi, bikin satu rumah panik ga ketulungan. Dan buat para pengungsi yang kehilang rumah mereka, semoga pemrinta cepat tanggap dengan masalah ini. Kasihan mereka dipengungsian terlalu lama dibiarkan begitu saja.

INDRA PUJO PRASETIA - 153070007 (Indepth)

0 komentar:

Posting Komentar

About