Yogyakarta, bicara soal tempat makan yang ada di Yogyakarta sangat bergam jenisnya. Dari harga yang mahal sampai dengan harga yang pas untuk kantong mahasiswa sekalipun sudah sangat menjamur. Salah satunya warung makan yang dimiliki oleh Sutarno (45). tempat makan yang berada di pinggiran Jalan Tentara Rakyat Mataram ini, menyediakan menu makan malam seperti Nasi goreng, Magelangan, Capcay dan masih banyak menu lain yang bapak dua anak ini sediakan di warung makannya.
“Satu hal yang memang menjadi pembeda diwarung makan kami adalah dari segi harga, boleh di cek tempat lain pasti harganya sangat jauh beda dibanding disini” ungkap Sutarno. Pemilik warung makan ini menambahkan “Harga yang ditetapkan memang sengaja murah, karena kami tidak mengedepankan keuntungan yang besar. Cukup dengan banyak pelanggan saja, saya sudah cukup senang. Dengan catatan pasti mereka akan sering makan disini”.
Irma (22) salah satu pelanggan di warung makan “SUTARNO” mengukapkan “saya sering kesini, karena selain harganya murah-murah rasa masakannya juga enak. Pas dengan selera lidah saya, apalagi magelangan dan capcaynya maknyos”. “pokoknya tidak akan menyesal kalau sudah menyicipi makanan di sini, di jamin besok pasti balik lagi”, tambah Rita (21) sambil melanjutkan makan capcay yang sudah dipesannya.
Awal mula Sutarno menetapkan harga yang tidak terlalu tinggi ialah pada ia masih berjualan mie ayam keliling. "banyaknya peminat yang menyukai dan menjadi pelanggan tetap saya ialah selain rasanya yang menurut mereka enak, tapi harganya juga tergolong murah. dari situlah saya banyak mendapat pelanggan setia yang menyukai dagangan saya" kata pemilik warung makan yang mulai banyak antrian pembelinya. 
Joko (24) menambahkan " usaha yang ayah saya miliki ini, insyallah tidak akan pernah merugi. Walaupun kami main di strategi harga, dan agak dirasakan cukup mendekati kata murah. Tujuan kami disini kan memikat serta mengikat pengunjung, dengan banyaknya pembeli setia yang datang. pasti akan datang dengan sendirinya keuntungan" ujarnya sambil tersenyum simpul.

INDRA PUJO PRASETIA
153070007
Dunia fotografi seolah tidak pernah berhenti untuk menarik minat banyak orang, baik itu hobi maupun profesi. Melihat besarnya minat masyarakat, tak heran bila ada banyak komunitas fotografi yang terbentuk di beberapa kota, salah satunya di Yogyakarta. Di tengah berkembangnya era teknologi digital, mungkin banyak orang yang sudah meninggalkan era zaman analog.
Namun hal itu tidak dirasakan pada komunitas pecinta kamera analog Yogyakarta yang satu ini. Berdiri pada awal November 2009, saat ini komunitas analog Yogyakarta hanya memiliki 5 anggota saja. awal berdirinya bermula dari seorang mahasiswa bernama Hazman yang berniat untuk mencari teman bermain kamera analog. Yang kemudian ia membuat sebuah forum pada situs kaskus, melihat banyak orang yang cukup interest dengan kamera analog, dirinya memutuskan untuk membentuk sebuah komunitas.
Informasi dari mulut ke mulut yang sampai pada telinga banyak orang, membuat kamonitas ini kini memiliki anggota kurang lebih 50 orang saat ini. Cukup lumayan berkembang untuk 1 tahun awal pertama.  Hazman mengakui, untuk saat ini memang sudah jarang sekali banyak orang yang masih ingin berniat untuk mempelajari keberadaan kamera analog ditengah perkembangan modern yang serba instan.
“Untuk anggota yang terdaftar memang belum banyak, tapi terkadang ada juga para pengguna kamera digital yang sering bertanya-tanya kepada kami seputar kamera analog ini.” sambungnya.
Secara tehnis kamera analog tidak berbeda dengan kamera digital, karena pada dasarnya pengetahuan dasar fotografi yang dipakai masih sama. Hanya saja memang ada beberapa keunggulan tersendiri bagi kamera analog.
“Ya contoh kecilnya saja, kamera analog lebih tahan banting dibanding dengan kamera digital.” ujarnya. Tidak perlu khawatir bila masih ada pencinta kamera analog yang ingin bergabung dalam komunitas ini, karena tidak ada pungutan biaya yang dikenakan untuk menjadi anggota dalam komunitas kamera analog Yogyakarta ini.
Untuk pertemuan rutinnya diadakan setiap seminggu sekali yang bertempat di foodcourt UGM pada hari Sabtu jam 10 pagi. “Sharing tentang kamera, tehnik fotografi termasuk tehnik cetak kamar gelap, hot issue about fotografi, schedule hunting, itu beberapa aktivitas yang kita lakukan ketika sedang mengadakan pertemuan” tambah Hazman.
Komunitas ini juga tidak membatasi bagi kalian yang hobi pada dunia fotografi, karena para anggota komunitas kamera analog Yogyakarta akan dengan senang hati dan terbuka bagi siapapun yang ingin bertanya dan berbagi ilmu seputar kamera analog termasuk para pecinta kamera digital sekalipun. 
Cornelius Swangga salah satu anggota komunitas kamera analog Yogyakarta juga menjelaskan pada dasarnya kamunitas ini memiliki misi membuat sebuah wadah ataupun forum untuk saling berbagai mengenai dunia fotografi khususnya kamera analog yang nantinya mampu untuk memasyarakatkan fotografi analog itu sendiri.
Analog Strikes Back!! itulah motto kami. Disini kami mencoba untuk memunculkan kembali budaya fotografi analog yang kian lama semakin lenyap dan bahkan hampir terlupakan karena munculnya digitalisasi. Simple saja, komunitas ini terbentuk agar masyarakat tidak lupa akan asal muasal sebuah teknologi yang dulunya berasal dari sebuah analog yang kemudian berkembang menjadi digital.” tambahnya pada Blangkon Muda.

LARAS GILANG PAMEKAR
153070347
Dari namanya mungkin kedengarannya sedikit aneh. Ibu Upi Nuraini sengaja menamai warung makan lotek nya dengan nama Lotek Teteg. Nama lotek teteg itu sendiri di ambil karena letak warung ini yang dulunya berada di sebelah timur teteg kereta api stasiun lempuyangan, dan sekarang berada di Jalan Baciro, (di seberang pom bensin pertamina) atau selatan stasiun lempuyangan.
Mungkin sepintas, tampilan loteknya hampir sama dengan lotek-lotek yang kebanyakan dijual di warung lotek Yogyakarta. Yang membedakan adalah rasa lotek yang disajikan pas di lidah. Yang lebih uniknya lagi, cowek yang digunakan untuk meracik bumbu kacang yang dicampur dengan sayur-sayuran isi lotek tersebut sangat berbeda. 
Bila biasanya ukuran cowek yang digunakan warung lotek lainnya memiliki diameter 30 sampai 40cm, tapi cowek yang dipakai pada lotek teteg berdiameter 80cm. Bisa dibilang cowek berukuran raksasa atau jumbo. “Cowek ini memang sengaja di pesan khusus, bukan beli jadi.” ujarnya. Warung lotek yang berdiri sejak tahun 1970 ini, buka mulai pukul 9 pagi hingga 5 sore. Pada jam-jam makan siang, warung lotek ini ramai di kunjungi dari mahasiswa maupun orang kantoran.
“Ya paling ramainya itu jam 11-an, kalo gak ada acara tertentu kami buka setiap hari.” tambah bu Upi yang di bantu oleh salah seorang adiknya Yuli di warung lotek tetegnya. Satu porsi lotek teteg di bandrol Rp9.000 rupiah. Harga tersebut sebanding dengan ukuran 1 porsi piring lotek yang cukup besar. Hingga kini Bu Upi telah memiliki 8 orang karyawan yang padahal dulunya hanya dirinya, adiknya dan ibunya saja yang melayani pembeli lotek teteg.

LARAS GILANG PAMEKAR
153070347

Masa muda merupakan masa yang sangat tepat untuk belajar banyak hal. Terutama hal-hal yang positif pastinya. Masuk dalam suatu organisasi atau komunitas merupakan suatu hal yang tidak asing lagi bagi setiap anak muda, selagi masih bisa why not untuk mencoba?
Di era serba digital ini membuat orang lebih menyukai hal-hal yang serba instan. Seperti halnya dalam dunia fotografi, kamera digital begitu diminati.
Fotografi adalah sebuah proses merekam cahaya, diharapkan dengan mengerti proses itu akan semakin menambah kecintaan kita pada fotografi. Proses inilah yang membuat kita belajar dan tidak serta merta tahu hasilnya. Komunitas Lubang Jarum Indonesia, mungkin bisa dijadikan referensi bagi anak muda yang ingin ikut gabung dalam suatu komunitas, terutama bagi pecinta fotografi. 
Dalam perkembangannya dunia fotografi memang selalu menawarkan hal-hal baru. Salah satunya adalah kamera lubang jarum. Dapat diartikan secara harafiah adalah menangkap cahaya menggunakan kaleng bekas atau kardus sebagai kameranya. Pada bagian dalam kaleng atau kardus itu dicat hitam agar kedap cahaya. Setelah itu di salah satu bagian dibolongi dengan jarum, kecil saja bahkan kadang-kadang tidak perlu sampai menembus. Inilah yang digunakan sebagai kamera. Sebagai filmnya, digunakan kertas film yang banyak dijual di toko peralatan fotografi. Setelah itu proses mencuci film dilakukan di dalam kamar gelap.
Komunitas Lubang Jarum Indonesia (KLJI), saat ini sudah ribuan anggota KLJI tersebar di 17 kota. Salah satunya kotanya adalah Yogyakarta, seperti yang di ungkapkan oleh Putra (22th). Menurutnya bisa bergabung di komunitas kamera lubang jarum sangat mengasikan. ”Disini kita jadi sering bereksperimen, mencari batasan-batasan yang dapat dikerjakan oleh kamera ini. Sampai sejauh mana kondisi yang optimal untuk dapat membuat foto yang baik. Proses ini adalah proses belajar dan kreativitas tiada akhir”.
Diharapkan dengan hadirnya kamera lubang jarum bisa menumbuhkan rasa kreativitas dan kepekaan dalam berkarya di dunia yang serba digital pada saat ini. Serta dapat menambah pengetahuan bagi para pengikutnya yang mungkin belum mengetahui dengan begitu seksama tentang awal mulanya muncul kamera. Di KLJI semua hal yang berkaitan dengan sejarah kamera sampai perkembangannya saat ini bisa dipelajari.



Aprilia Dwi Utami
153070095
Bagi anda yang suka berburu makanan-makanan unik. Tidak salah untuk mencoba makanan yang unik dengan cita rasa yang sangat pedas bak disambar petir. Jika anda mengaku pecinta makanan pedas gila-gilaan jangan merasa puas dulu jika belum mengunjungi sate dan tongseng di warung pak Nano. Pak Nano dan istrinya yang selalu ramah dan sumingrah melayani para pelanggan yang datang ke kediamannya yang berada di pinggiran jalan raya Bantul.
Lokasi wisata kuliner unik ini bisa terbilang asri dan strategis di Jalan lingkar selatan Desa Tirtonirmolo 90, Kasihan Bantul yang tepat di pinggir jalan raya. Warung Pak Nano yang di seting di depan rumahnya. Pak Nano adalah pribadi yang ramah dan selalu tersenyum, di warungnya akan kita temukan kegilaan canda tawa sambil ia memasak dan mengipas-ngipas satenya. 
Apabila kita datang kesana Pak Nano langsung tersenyum dan bertanya mau makan apa dan lomboknnya mau berapa. Pak Nano senang bercanda dengan pelangganya yang ketakutan dengan ulah Pak Nano menakut-nakuti akan membuat cabe yang banyak ke sate atau tongseng yang akan kita pesan dan makan nantinnya. Pak Nano suka menyebut para penikmat pedasnya dengan dengan gelar-gelar yang aneh, misalnnya pedas yang akan dibuat diibaratkan dengan tingkatan akademis seperti TK, SD. SMP, SMA, D3, S1, S2, hingga S3, sesuai dengan jumlah cabe yang akan dipesan.
Pedasnya dari sate yang dibuat oleh Pak Nano diatur sesuai dengan jumlah cabe yang telah disepakati sebelumnya. Sebenarnya warung tersebut namanya hanya warung Pak Nano, tetapi pelanggan yang datang kesana merubahnya menjadi Sate Petir Pak Nano karena pedasnya yang katanya seperti disambar petir.
Diluar rasa super pedas yang sangat menyengat di warung ini masakannya sangat dahsyat dan juga mantap. Ramuan bumbu-bumbu rahasia Pak Nano yang dimuat terasa masuk menyerap ke dalam sate kambing muda yang empuk. Tidak hanya pedas sate juga di kolaborasikan dengan kecap dan potongan-potongan cabe yang banyak sesuai dengan permintaan kita. Merica yang pedas juga menghiasi kuliner yang unik ini. Hingga nikmat pun terasa, malah ada yang sampai mengeluarkan air mata, dan penasaran akan pedasnya sate, sempat seorang wanita yang berkunjung menyatakan komentarnya kalau sate pak nano pedas tapi buat penasaran dan ngangenin. Buat anda yang doyan pedas dan tertantang silahkan mencoba sate petir Pak Nano.

STEFFI STEPHANI M.SIMANJUNTAK
153070346
Biaya hidup yang semakin menjepit, mendorong Mardiono untuk bekerja. Walaupun dengan kondisi fisik kurang, tidak dijadikannya sebagai halangan mencari nafkah sebagai pengamen angklung


Kondisi kebutaan yang dialami sejak dari kecil oleh mardiono(54), tidak menyurutkan dirinya untuk bekerja. Pria yang seharinya berprofesi sebagai pengamen di sekitar Jl Malioboro tepatnya depan Hotel Mutiara. Permainan angklung yang mahir sekarang ini, ternyata tidak lepas dari peran kakak sepupunya seorang dalang kondang. “ sebelum sepupu saya meninggal, dia sempat mengajarkan saya cara bermain angklung hingga bisa semahir sekarang” jelas Mardioano. “Kemudian setelah beliau meninggal, saya membeli angklung menggunakan uang yang ditinggalkan sepupu saya itu. dengan harga Rp 150000 “ tambah Mardiono.
“Ya Cuma inilah yang bisa saya kerjakan dengan kondisi saya sekarang ini” jelas Mardiono. “ Walaupun begitu saya tetap tidak menyerah, yang penting saya bisa bekerja dan istri bisa makan” tambahnya lagi. Permainan angklung mardiono ternyata menarik perhatian dari para pengunjung Malioboro, terutama para turis asing yang sedang berjalan. “ Di Negara saya, tidak ada alat musik seperti ini yang dimainkan menghasilkan nada merdu “ kata Wallcot (56) turis asal Austri ini.
“ Rasanya saya tidak pengan pulang, ingin berlama – lama mendengar bapak ini bermain angklung” tambah Albert turis asal Jerman. Bicara soal pengalaman selama mengamen, Bapak yang belum memiliki anak ini mengatakan “ saya pernah diusir oleh petugas hotel, karena menurut mereka saya sudah mengganggu kenyamanan pengunjung hotel tersebut”. “ Padahal saya kan cuma berada di luar hotel, mungkin karena mereka lihat kalau saya ini buta makanya mereka memandang rendah saya” kata mardiono.
Pria yang bertempat tingga di minggiran ini waktu ditanya bagaimana dirinya datang setiap harinya kesini, Mardiono menjawab sambiltertawa “ pasti pada bertanya bagaiman orang buta bisa kesisni tiap hari tuk mengamen,haha…”.“saya kesini diantar sama tetangga menggunakan becak setiap jam 9 pagi, begitu juga pulangnya saya dijemput lagi” jelas mardiono.
Bila bicara soal penghasilan Mardiono mengatakan “ tidak ada pendapatan tetap bagi pengamen apalagi orang buta seperti saya, kadang cukup buat makan bahkan kadang tidak dapat sama sekali”jelasnya. “untung saja istri saya juga bekerja, jadi sedikit bisa meringankan biaya hidup kami” tambah mardiono. Beliau juga menambahkan “ saya pengen semua orang bisa seperti saya untuk rajin berusaha, jangan jadikan kondisi cacat alasan” setidaknya itu pesan Mardiono sembari menyudahi percakapannya.


INDRA PUJO PRASETIA
153070007

About